Berita  

Studi: Kondisi Kerja yang Tidak Menentu Dapat Meningkatkan Risiko Kematian Dini

Ilustrasi kondisi kerja.
Ilustrasi kondisi kerja. Pixabay.

Seseorang yang tidak memiliki kontrak kerja yang menentu berisiko mengalami kematian dini. Studi ini terbit dalam jurnal Karolinska Institutet, Swedia.

Orang yang tidak memiliki kontrak kerja yang aman dapat mengurangi risiko kematian dini. Penelitian ini menujukan sebesar 20 persen jika mereka mendapatkan pekerjaan tetap.

Sebuah studi dari Karolinska Institutet yang terbit dalam The Journal of Epidemiology and Community melaporkan. Menurut para peneliti, hasil penelitian menunjukkan bahwa keamanan kerja di pasar tenaga kerja Swedia perlu ditingkatkan.

Pekerjaan tidak tetap adalah istilah untuk menggambarkan pekerjaan dengan kontrak pendek (misalnya temporer). Selain itu upah rendah dan kurangnya pengaruh dan hak, yang semuanya mengarah pada kehidupan kerja tanpa prediktabilitas dan keamanan.

Baca Juga: Astronom Internasional Temukan Planet Raksasa Melebihi Neptunus

Studi Kesehatan Institute of Environmental Medicine, Karolinska Institutet

Dalam penelitian ini, para peneliti telah meneliti bagaimana hal ini mempengaruhi risiko kematian.

“Ini adalah studi pertama yang menunjukkan bahwa perubahan dari pekerjaan tidak tetap menjadi pekerjaan aman dapat mengurangi risiko kematian,” kata penulis terakhir makalah tersebut, Theo Bodin, Asisten profesor di Institute of Environmental Medicine, Karolinska Institutet. Melansir dari Scince Daily pada Sabtu (2/9/2023)

“Ini sama saja dengan mengatakan bahwa risiko kematian dini akan lebih tinggi jika seseorang terus bekerja tanpa kontrak kerja yang aman,” kata Theo.

Namun, penelitian ini baru ada di Swedia dengan penelitian sebanyak 250 ribu pekerja berusia 20 dan 55 tahun. Jangka waktu pengumpulanya periose 2005 hingga 2017.

Penelitian ini mencakup orang-orang yang bekerja dalam kondisi kerja yang tidak aman dan kemudian beralih ke kondisi kerja yang aman.

Mereka yang beralih dari pekerjaan tidak tetap ke pekerjaan tetap memiliki risiko kematian 20 persen lebih rendah, apa pun yang terjadi setelahnya, daripada dengan mereka yang tetap berada dalam pekerjaan tidak tetap.

Jika mereka tetap mempunyai pekerjaan tetap selama 12 tahun, risiko kematian menurun sebesar 30 persen.

“Dengan menggunakan database populasi yang besar ini, kami dapat memperhitungkan banyak faktor yang dapat mempengaruhi angka kematian, seperti usia, penyakit lain yang mungkin di derita pekerja, atau perubahan hidup seperti perceraian,” jelas Nuria Matilla-Santander, Asisten profesor di institut dan lembaga yang sama.

Kemudian Theo mengatakan, berkat metode yang digunakan, pihaknya bisa yakin bahwa perbedaan angka kematian karena kondisi pekerjaan yang tidak menentu, bukan karena faktor individu.

“Hasil penelitian ini penting karena menunjukkan bahwa peningkatan angka kematian pekerja dapat terhindari,” katanya.

“Jika kita mengurangi kerawanan di pasar tenaga kerja, kita dapat menghindari kematian dini di Swedia,” jelasnya.

Dr Matilla-Santander mengatakan tahap penelitian selanjutnya adalah mengkaji penyebab spesifik kematian terkait hal ini.

Penelitian ini sebagian besar dananya bersumber dari Dewan Penelitian Swedia untuk Kesehatan, Kehidupan Kerja dan Kesejahteraan (Forte). Para peneliti melaporkan tidak ada konflik kepentingan.