Goa Sutra Reregan Pangandaran, Tempat Tinggal Manusia Purba Zaman Dulu

Goa Sutra Reregan Pangandaran.
Goa Sutra Reregan Pangandaran.

Kabupaten Pangandaran memiliki banyak nilai sejarah yang tersimpan. Salah satunya goa Sutra Reregan, konon ada temuan tanda-tanda pernah hidup manusia purba.

Selain itu, kehidupan manusia purba yang terbukti nyata adalah temuan peralatan seperti batu, pisau hingga kerang untuk makan.

Kemudian, banyak ornamen-ornamen untuk keperluan aktivitas hidup manusia purbad di Pangandaran.

Goa Sutra Reregan di Dusun Selakambang, Desa Selasari, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran ini menjadi objek cagar budaya.

Melansir Buku Database Cagar Budaya di Kabupaten Pangandaran oleh Kemendikbud Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten (BPCB) Banten halaman hal 13.

Gua Sutra Reregan secara titik koordinat berada di 108′ 31′ 19,3” Bujur Timur dan 07′ 36′ 55,5″ Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 159 meter dari permukaan laut (mdpl).

Untuk menuju goa ini dapat berjalan kaki dengan waktu 10 menit dari pintu gerbang masuk yang berada di jalan desa. Goa Sutra Reregan merupakan gua bentukan alam yang berada di perbukitan karst.

Penamaan Goa Sutra Reregan diberikan oleh masyarakat sekitar yang memiliki arti “gua rentetan atau gua yang berderet”.

Hal ini karena Goa Reregan pintu masuk utamanya menuju ke goa-goa laiinya yang berada di sekelilingnya.

Baca Juga: Sejarah Kabupaten Pangandaran, Peninggalan Purba dan Budaya

Mengenal Goa Purba 

Goa Sutra Reregan ini memiliki dua mulut goa yang menghadap ke arah barat dan arah timur.

Ukuran mulut goa yang berada di sebelah barat memiliki lebar 8,44 meter dan tinggi 21,88 meter, sedangkan mulut gua sebelah timur memiliki ukuran lebar t 12,66 meter dan tinggi t 7,23 meter. Adapun panjang goa sekitar 56,58 meter.

Dahulu goa ini merupakan goa hunian dari masa prasejarah, hal ini berdasarkan temuan adanya gejala arkeologis berupa temuan alat batu dari bahan batuan obsidian dan temuan Kjokkenmoddinger (sampah dapur dalam bahasa Denmark), sampah dapur ini berupa tumpukan fosil kulit kerang dan siput, dan temuan tulang hewan.