Asal-usul Seni Tradisi Gondang Buhun di Pangandaran

Pangandaran – Seni tradisi Gondang Buhun Pangandaran merupakan kesenian tradisional yang berasal dari Desa Cikalong, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran.

Gondang Buhun semula merupakan sebuah kegiatan menumbuk padi menggunakan lesung dan wadahnya terbuat dari kayu.

Zaman dulu di Desa Cikalong Hiduplah sebuah keluarga petani bernama Jaka Tarum dan Nawang Wulan.

Suatu hari Nawang Wulan sedang menanak nasi dan menitipkannya kepada Jaka. Wulan berpesan jika jangan sekali-kali membuka nanak padi tanpa sepengetahuan Nawang Wulan.

Namun karena rasa penasaran, Jaka berkeinginan membuka Nanak padi tersebut. Alhasil karena melanggar pesan, terjadilah petaka. Maka, padi tersebut tidak menjadi nasi.

Nawang akhirnya naik pitam dan marah kepada Jaka karena pesannya telah dilanggar. Kemudian Nawang menyuruh Jaka membuat alat penumbuk padi yang harus selesai dalam 1 malam.

Maka karena kesaktian Jaka Tarum selesailah pembuatan alat penumbukan itu yang diberikan nama Halu.

Penerus Tradisi Gondang Buhun, Darman (50) mengatakan untuk ngamumule (melestarikan) kearifan lokal gondang buhun, maka dari Kelompok Peduli Kebudayaan Tradisional Desa Cikalong (Ngancik) bekerjasama dengan pemerintah setempat untuk menggali potensi Gondang Buhun.

“Gondang ini warisan budaya, kami bersama pemerintah desa, kecamatan dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran berkomitmen untuk tetap menampilkan seni tradisi ini,” kata Darman, belum lama ini.

Ia mengatakan upaya pelestarian perayaan dilakukan setiap hari jadi Desa Cikalong. “Setiap Milangkala kami selalu tampilkan seni Gondang Buhun ini. Setiap kegiatan selalu didukung pemda,” katanya.

Adapun proses lainnya dalam pelestarian Gondang Buhun dalam sejumlah acara sakral seperti, Mit-Amitan (kawih untuk mengiringi pada waktu pembuatan tepung beras dengan dikawih secara sakral), dan Manurun (pesta kegiatan sepitan/gusaran dengan diiringi kawih khusus/sakral).

Darman menjelaskan cara memainkan Gondang Buhun terbilang cukup mudah karena mengandalkan rasa tanpa adanya notasi umum.

“Cara memainkannya di totok pakai halu yang terbuat dari kayu, masing-masing pelaku gondang punya fungsinya masing-masing diantaranya: Gejog, Tirir, Singgul, Toel,” paparnya.

Setiap satu permainan Gondang Buhun dimainkan oleh 8 orang ditambah 1 orang sesepuh. “Alat tradisi Gondang hanya menggunakan lesung dan halu,” katanya.

Latar Belakang Para Pekerja Gondang Buhun

Darman mengatakan setiap pemain seni tradisi Gondang memiliki latar belakang pekerjaan sebagai petani.

“Kebanyakan memang para seniman itu tidak menjadikan pemain Gondang mata pencaharian tetapi hanya sampingan,” katanya.

Kendati demikian, kata Darman, menjadi pemain Gondang Buhun belum dapat diandalkan. “Saat ini mereka ada yang bertani ataupun berkebun,” katanya.

Dalam upaya pelestarian Gondang Buhun Darman meminta semua pihak membantu dalam menjaga seni tradisional tersebut.

“Pelestarian ini bukan hanya tanggungjawab kami, tapi juga bersama-sama antara masyarakat dan pemerintah,” ucapnya.

Untuk tetap menjaga kelestarian tradisi ini, Ngancik sering memposting di media sosial seperti Facebook, Instagram dan TikTok.