Studi: Setres Karena Cuaca Panas Ekstrim Mengancam 1 Miliar Orang di Dunia

DAILYPANGANDARAN – Baru-baru ini cuaca panas ekstrim cukup terasa oleh sejumlah orang. Bahkan hawa panas tersebut membuat sebagian orang mengalami stres.

Pada tahun sebelumnya, tekanan panas yang sama membuat ancaman bagi kulit karena cukup terasa. Pemicunya tak lain adalah pemanasan global.

Melansir dari Nature World News, kemajuan teknologinyang meramalkan kondisi cuaca dan iklim membuat banyak negara di dunia bersiap menghadapi ancaman dari atmosfer.

Dalam sebuah studi oleh tim peneliti internasional, termasuk berasal dari Australia dan Singapura. Mereka menemukan bahwa tekanan panas lembab telah menjadi ancaman yang dianggap remeh bagi 1 miliar orang yang tinggal di permukiman informal perkotaan, terutama masyarakat yang tidak memiliki strategi adaptasi yang efektif.

Para peneliti mengaitkan ancaman ini dengan buruknya cakupan stasiun cuaca di wilayah tropis. Temuan-temuan yang ada menunjukkan bahwa penilaian perubahan iklim global berpotensi mengabaikan dampak lokal terhadap masyarakat, sehingga menyebabkan perkiraan yang terlalu rendah mengenai panas dan kelembapan yang berbahaya di perkotaan.

Makalah penelitian baru ini juga menimbulkan kekhawatiran bahwa perubahan iklim mendorong tekanan panas lembab ke batas maksimum kemampuan manusia untuk bertahan hidup.

Temuan mengenai dampak tekanan panas lembab terhadap satu miliar orang yang tinggal di permukiman informal perkotaan diterbitkan dalam jurnal One Earth pada tanggal 19 Januari 2024.

Premis utama penelitian ini adalah bukti kuat bahwa peningkatan panas lembab mengancam kemampuan kota-kota tropis untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka.
Lingkungan yang kondusif bagi populasi manusia, tanpa memandang usia dan jenis kelamin.

Dalam makalah penelitiannya, penulis menyiratkan bahwa jaringan stasiun meteorologi global telah melaporkan dampak gabungan dari suhu dan kelembapan yang intens atau ekstrem, khususnya di atas batas teoritis kelangsungan hidup manusia yaitu 35 derajat Celcius.

Namun, risiko penurunan suhu dan tekanan panas lembab dilaporkan telah diabaikan, terutama dalam pemantauan iklim dan dampak perubahan iklim pada tingkat individu.

Peran Perubahan Iklim Studi One Earth mengutip studi fisiologis terbaru pada orang dewasa yang bugar dan sehat yang menunjukkan bahwa tekanan panas yang signifikan dapat membuat tubuh manusia tidak mampu melakukan termoregulasi, bahkan di bawah 31 derajat Celcius tetapi dalam kondisi lembab.

Ada beberapa faktor cuaca, iklim, lingkungan, dan kesehatan yang berkaitan dengan dampak tekanan panas lembab. Namun, menurut makalah penelitian, fenomena ini didorong oleh perubahan iklim.

Selain tekanan panas lembab, kejadian panas ekstrem seperti gelombang panas telah meningkat di kota-kota besar di seluruh Amerika Serikat selama beberapa dekade terakhir, menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA). Misalnya, rata-rata dua gelombang panas per tahun selama tahun 1960an telah meningkat menjadi enam gelombang panas per tahun sejak tahun 2010an dan berlanjut hingga tahun 2020an.