Kerusakan Terumbu Karang di Pangandaran Berada di Titik Nadir

Kerusakan terumbu karang yang semakin mengkawatirkan di Pangandaran.
Kerusakan terumbu karang yang semakin mengkhawatirkan di Pangandaran. Pixabay.

DAILYPANGANDARAN – Terumbu karang yang berada di kawasan cagar alam Pangandaran, Jawa Barat, keberadaanya sangat memprihatinkan. Sebagian diantaranya sudah mati.

Keberadaan terumbu karang cagar alam dengan kondisinya yang banyak mati mengancam kehidupan biota laut dan populasi ikan. Karena, sejumlah ikan memanfaatkan terumbu karang untuk berkembang biak.

Pegiat Lingkungan Alam di Pangandaran Hadiat Kelsaba atau akrab disapa Encek mengatakan, keberadaan terumbu karang saat ini di cagar alam hanya sisa-sisa dari kerusakan alam yang terjadi. Sementara, kondisi kawasan terumbu karang yang masih tersisa berada di Cagar Alam, Pengelek Batukaras dan Batupayung Batukaras.

Kemudian, untuk kawasan terumbu karang yang berada di Karapyak, Karang Nini hingga perbatasan Tasikmalaya mengalami nasib yang sama.

“Untuk kawasan lainnya yang juga terancam berada di kawasan Pantai Karapyak, Karang Nini hingga perbatasan tasik. Semua sudah karang gosong atau karang mati,” kata Hadiat, Kamis (30/5/2024).

Menurutnya, untuk di kawasan cagar alam blok Pantai Pasir Putih Pangandaran hanya tersisa sekitar 20% hingga 40%. “Ada Batu Karang yang identik tidak berkembang biak dan Terumbu karang yang masih bisa tumbuh dan berkembang biak,” ungkapnya.

Ia menuturkan, hasil inventarisasi tercatat ada 16 jenis terumbu karang dan untuk ikan yang berlindung serta berkembang biak sebanyak 68 jenis ikan. “Adapun jenis ikanya mulai dari ikan konsumsi, hias dan beracun,” katanya.

Awal Kerusakan Terumbu Karang di Pangandaran

Dia bercerita, jika awal mulai kerusakan terumbu karang itu terjadi pada saat Gunung Galunggung meletus tahun 1982. Waktu itu, kondisi air laut sedang mengalami surut.

“Saat air sedang surut, abu vulkanik langsung mengubur terumbu karang. Selain itu, lalu lintas manusia dan juga perahu nelayan serta pesiar, menjadi penyebab kerusakan terumbu karang di cagar alam,” paparnya.

Kondisi memperparah terumbu karang terjadi pada saat tsunami 2006. Terutama pada terumbu jenis karang tepi. “Jadi yang tumbuh karang-karang keras,” katanya.

Melihat nasib terumbu karang saat ini, membuat para aktivis pecinta lingkungan di Pangandaran tergerak. “Sebagai warga lokal dan mencintai lingkungan alam laut. Pecinta alam saat itu mulai melakukan transplantasi terumbu karang. Namun belum ada penelitian, berapa centimeter terumbu karang bisa tumbuh setiap tahunya,” kata dia.

Lanjutnya, kata dia, kerusakan terumbu karang di Cagar Alam sempat diperparah dengan adanya kapal viking, yang diledakan beberapa tahun lalu. Pada terumbu karang ini berfungsi sebagai fish apartement, atau rumah ikan dan juga tempat berkembang biak mereka.

“Terumbu karang itu bisa menjadi penahan abrasi secara tidak langsung, dimana ada terumbu karang tumbuh, disana tumbir (hamparan laut yang tidak rata), jadi ombak sebelum menghantam pesisir, akan tertahan dulu,” ujarnya.

Ia memprediksi kepunahan terumbu karang bisa saja mencapai titik nadir dalam beberapa tahun kedepan. “Karena seiring berjalannya waktu dan rasa kepedulian sejumlah kelompok terhadap kondisi ini mulai berkurang,” katanya.

Selain itu, menurut Hadiat, aktivitas perahu yang saat ini berjalan dan bersentuhan langsung dengan terumbu karang ikut terancam. “Secara tidak langsung bersentuhan dengan terumbu karang, terutama saat air laut surut, juga mengancam keberlangsungan terumbu karang,” ucapnya.