Penggunaan Bahasa Daerah di Jabar Mulai Luntur

Bahasa Daerah mulai luntur di Jabar.
Bahasa daerah mulai luntur di Jabar. Ilustrasi Pixabay.
Pangandaran – Penggunaan bahasa daerah di Jawa Barat mulai luntur akibat orang tua yang ajarkan anak langsung menggunakan bahasa nasional. Sementara bahasa Sunda sebagai bahasa daerah di Jabar mulai ditinggalkan.
Kepala Balai Bahasa Daerah Jabar Herawati menyebutkan, anak-anak saat ini yang pertamakali dikenalkan bahasa pertama mereka bukan lagi bahasa Sunda atau bahasa daerah, melainkan bahasa Indonesia.
“Tentu fenomena ini membuat bahasa daerah semakin luntur karena dianggap terlalu kuno,” kata Herawati kepada detikJabar, usai melakukan kunjungan ke Pangandaran, Senin (20/11/2023).
Menurutunya, pihak Balai Bahasa Jabar terus berupaya untuk menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri untuk dapat menggunakan bahasa daerah.
“Upaya yang kami lakukan dari Balai Bahasa Provinsi Jabar adalah melalui revitalisasi bahasa daerah dan ini tahun ketiga pelaksanaan revitalisasi bahasa daerah,” katanya.
Ia mengatakan revitalisasi bahasa ini bagian dari program merdeka belajar episode ke 17 yang sudah diluncurkan secara resmi pada Februari 2022.
“Sedangkan di Jabar tahun 2021 sudah melaksanakan itu sebagai percontohan, jadi di tahun 2021 baru 3 provinsi yang melaksanakan Revitalisasi Bahasa Daerah diantaranya, Jabar, Jateng dan Sulawesi Selatan,” ucap dia.
Dia mengatakan pemprov Jabar ini sudah melaksanakan di tahun ketiga untuk revitalisasi bahasa. “Upaya kami lakukan ini, bahwa revitalisasi bahasa daerah adalah memperkenalkan, mewariskan bahasa sastra dan budaya Sunda kepada generasi muda tetapi dengan cara yang menyenangkan,” katanya.
Adapun, kata dia, salah satu cara mewariskan bahasa Sunda yang menyenangkan dilakukan melalui sejumlah lomba.
Lomba yang telah dilaksanakan beberapa waktu lalu itu diantaranya, borangan (ngabodor sorangan), tembang pupuh, carpon, menulis aksara Sunda dan maca sajak.
“Tahapan revitalisasi ini bernama Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI), namun FTBI bukan tujuan akhir revitalisasi bahasa daerah melainkan sarana untuk mengapresiasi anak-anak kita yang sudah berupaya menumbuhkan rasa suka, rasa cinta mereka terhadap bahasa Sunda,” jelasnya.
Melalui FTBI tersebut, Herawati berharap bisa mewariskan bahasa Sunda dengan cara yang menyenangkan.
“Artinya kita berharap para generasi muda bisa menumbuhkan cinta mereka terhadap bahasa Sunda dengan cara yang menyenangkan disesuaikan dengan perkembangan zaman,” ujarnya.
Berdasarkan inventarisasi bahasa daerah, menurut Herawati, ada 3 pemetaan bahasa Daerah di Jabar antara lain, Bahasa Sunda, Bahasa Jawa Dialek Cirebon dan Bahasa Melayu Betawi.
“Ketiga bahasa daerah itu berdasarkan pemetaan bahasa dari beberapa wilayah yang ada di 27 kabupaten/kota,” katanya.