DAILYPANGANDARAN – Reaktivasi jalur kereta api atau KA Banjar-Pangandaran mulai ditinjau. Hal ini berkaitan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2021 Tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana Kawasan Jawa Barat bagian Selatan yang dialokasikan hingga tahun 2030.
Peninjauan itu dilakukan oleh Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia bersama Kementerian Perhubungan dan Deputi PT Kereta Api Indonesia (KAI). Mereka juga didampingi Kepala Bappeda Pangandaran.
Peninjauan dilakukan mulai dari jalur KA Banjar-Pangandaran terowongan Hendrik Tunnel jembatan Cipamotan/ Cikacepit, terowongan Juliana dan terowongan terpanjang Wilhelmina. Terowongan dan jembatan yang masa zaman Belanda antara tahun 1913 – 1915 ini masih berdiri kokoh.
Meski demikian, kondisi konstruksinya ada yang mulai rapuh. Tak sedikit besi-besi di jalur tersebut hilang oleh orang tak bertanggungjawab.
Asisten Deputi Infrastruktur Pengembangan Wilayah Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Djoko Hartoyo mengatakan, kajian terkait reaktivasi KA Banjar-Pangandaran sudah lama dilakukan. Karena berkaitan dengan Perpres Nomor 87 Tahun 2021 Tentang Percepatan Kawasan Rebana Kawasan Jabar Selatan.
“Kajiannya sudah lama sejak 2007, bahkan pembahasannya terkait reaktivasi Jabar ke Banten,” kata Djoko kepada wartawan saat melakukan kunjungan ke Pangandaran, Jumat (20/9/2024).
Menurutnya, reaktivasi di jalur tersebut sudah dilakukan uji kelayakan atau FS di Jabar. “Jalurnya termasuk Cipatat ke Padalarang dan Rancaekek ke Sumedang,” terangnya.
“Untuk jalur Rancaekek ke Sumedang ada peluang juga, karena bisa menyambungkan ke Kertajati,” Sambung dia.
Sementara itu, jalur KA Banjar-Pangandaran sudah ditindaklanjuti dan ada hitung-hitungan. “Terhitung dari satu bulan yang lalu saja, penumpang kereta api yang masuk ke Pangandaran itu ada sekitar 500 orang per hari atau sekitar 16 ribu orang satu bulannya,” kata Djoko.
Kendati demikian, kata dia, saat ini telah dilakukan jajak pendapat atau kuesioner minat dan potensi calon penumpang terhadap reaktivasi Kereta Api Banjar – Pangandaran melalui aplikasi yang disebarkan lewat WhatsApp.
“Ada sekitar 15 ribu yang mengisi jajak pendapat tadi dan tampak jawabannya positif dengan reaktivasi Kereta Api Banjar ke Pangandaran,” ucapnya.
Ia menganggap survei itu pun bakalan menjadi acuan sebagai salah satu bukti banyaknya permintaan masyarakat terkait reaktivasi jalur tersebut. “Apalagi Pangandaran sebagai daerah wisata,” terangnya.
Kata dia, jika terealisasi maka potensi kunjungan wisata ke Pangandaran dinilai bakalan meningkat. “Karena aksesibilitas dipermudah,” ucapnya.
Selain itu, minat masyarakat Bandung maupun Jakarta untuk berwisata ke pantai cukup tinggi, apabila jalur kereta api sudah berjalan akan mempermudah akses dari Jakarta maupun Bandung ke Pangandaran.
Deputi PT KAI Daop 2 Mariyanto mengatakan, rute KA Pangandaran-Banjar segera tinggal meneruskan dari jalur Jakarta-Bandung-Banjar.
“Kalau traffic nya itu tergantung permintaan (Demand). Kalau demand nya tinggi nanti kita tambah lagi traffic nya,” kata Mariyanto.
Sementara itu, Kepala Seksi Prasarana Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Provinsi Jawa Barat Kementerian Perhubungan Dani Palgunadi juga mengatakan, jalur Kereta Api Banjar sampai Cijulang Kab Pangandaran memiliki panjang 82 Kilometer yang terdiri beberapa jembatan dan terowongan yang telah ditelusuri.
Berdasarkan kajian pada tahun 2022, menurut Dani, untuk revitalisasi jalur Kereta Api dari Banjar ke Cijulang Kab Pangandaran memakan dana sekitar 5,5 Triliun.
“Memang ada beberapa terowongan dan jembatan juga yang harus diperbaiki,” kata Dani.
Kepala Bappeda Pangandaran Agus Satriadi mengatakan, pihaknya terus mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pusat untuk mempermudah akses bagi wisatawan yang datang ke Pangandaran, baik melalui transportasi udara maupun darat, termasuk reaktivasi Kereta Api Banjar – Pangandaran.
“Supaya kunjungan ke destinasi wisata di Kabupaten Pangandaran bisa maju dan meningkatkan,” ucapnya.