Sejarah Ronggeng Amen Pangandaran

DAILYPANGANDARAN – Selain terkenal dengan objek wisata alam yang indah. Pangandaran mempunyai seni tradisional tari yang unik, namanya Ronggeng Amen.

Ronggeng Amen merupakan tari tradisional khas Kabupaten Pangandaran yang berkembang menjadi tampilan seni pertunjukan akbatr. Para pemain musik dan penarinya dilakukan dengan banyak orang.

Budayawan Pangandaran Rangga Rineka Pawa atau akrab disapa Abah Dalang mengatakan, Ronggeng Amen merupakan salah satu kesenian Sunda yang cikal bakalnya dari Ronggeng Gunung.

Dimana Ronggeng Gunung ini asli lahirnya di Kabupaten Pangandaran. Lahirnya seni pertunjukan ini berasa dari cerita rakyat atau babad.

“Jadi dari Babad Pananjung ‘Ngadeug Tumenggung’ lahirnya Ronggeng Gunung.
Ronggeng gunung ini langsung dimodifikasi oleh para seniman, budayawan dan diperlengkapi oleh alat musik atau waditra sehingga menjadi adegan Ronggeng Amen,” kata Rangga, Rabu (1/12/2025) malam.

Menurutnya, dari sisi tarian ronggeng gunung saat ini menjadi dua macam. Ada tarian Ronggeng Gunung dan Ronggeng Amen.

“Kalo Ronggeng Gunung waditra (alat musiknya) hanya ada kendang, ketuk sama kempul. Sementara itu, Ronggeng Amen alat musiknya dimodifikasi atau ditambahkan, lebih dari itu bukan hanya menjadi suatu tarian persembahan penyambutan tetapi menjadi suatu pagelaran yang akbar,” ucapnya.

Sementara itu, Ronggeng Gunung biasanya lebih ekslusif menjadi suatu tarian penghormatan tamu tamu kenegaraan ataupun sekelas intansi pemerintahan.

Tari Ronggeng Gunung mempunyai dua macam tarian yang digerakkan dalam setiap pertunjukan. “Jadi dalam segi tariannya juga ronggeng gunung itu ada dua macam, ada gerakan jaipong dan pencak silat,” terangnya.

Dalang wayang golek di Pangandaran itu menyebutkan jika Ronggeng Amen saat ini di pertunjukan untuk kegiatan-kegiatan pemerintah ataupun festival kebudayaan.

“Kalo di Pangandaran alhamdulillah seni tradisional ronggeng gunung ini menjadi daya tarik utama setiap kali ada event di pemerintahan,” ucapnya.

Ia mengatakan para pemain ronggeng gunung laki-laki, untuk ronggeng gunung itu memakai sarung dan iket Sunda. “Jadi kalo dulu memang ciri khasnya seperti itu,” ucapnya.

Adapun setiap gerakan tari dan alunan musik yang ditabuh memiliki nilai filosofi hidup yang mendalam. “Contohnya gerakan memutar para penari ronggeng itu bergerak secara bersamaan,” katanya.

Kata dia, Ronggeng Gunung ataupun Ronggeng Gunung memiliki nilai wirasa, wirama dan wiraga (wiraga berkaitan dengan gerak tari, wirama menyangkut dengan irama musik dan gerak, serta wirasa bersangkut paut dengan isi dari tari itu sendiri).

“Kalo dalam bahasa Sundanya juga sarendek sabobot sapihanean (selalu bersama-sama, rukun, dan saling menghargai). Jadi gerakan-gerakan itu sama kalo kita gerakan kedalam semua ikut kedalam kalo gerakan keluar ikut keluar artinya ini melambangkan suatu filosofi yang luar biasa bentuk gotong royong dan kebersamaan,” ucapnya.