Berita  

Petani Ungkap Harga Cabai Rawit di Pangandaran Mahal

DAILYPANGANDARAN – Petani cabai di Pangandaran, Jawa Barat, ungkap alasan harga cabai rawit meroket. Salah satu penyebabnya banyak petani cabai gagal panen.

Salah seorang petani cabai rawit di Desa Parakanmanggu, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Kasut (54) mengungkap jika kenaikan komoditas tersebut disebabkan karena banyak petani gagal panen. Ia juga menilai cuaca yang tidak menentu membuat menanam cabai terkena jamur.

“Cuaca tidak menentu kapan hujannya, yang menyebabkan Jamur patek ini membuat cabai rawit hitam busuk sebelum dipanen dan tidak bisa dijual, malah mubah,” kata Kasut, Senin (13/1/2025).

Menurutnya, ada beberapa jenis cabai rawit yang biasa ditanam petani, diantaranya Sigantung yang bentuk cabainya panjang, Ori 212 dengan bentuk cabainya buntet, Kaliber, Simadun dan Roket.

“Salah satu jenis cabai yang paling rentan kena jamur patek ini cabai Sigantung,” ungkapnya.

Ia mengatakan saat ini hanya bisa panen paling banyak 15 kilogram, padahal biasanya dari kebunnya paling sedikit ia mampu memanen 80 kilogram hingga 1 kwintal.

“Pasokan cabai rawit ke Pangandaran sendiri biasanya dari petani Kediri dan Wonosobo Jawa Tengah,” katanya.

Per hari ini, kata dia, harga cabai rawit di Pasar Pananjung Pangandaran sudah mencapai Rp 100 ribu per kilogram, kemudian sempat menyentuh Rp 120 ribu per kilogram. “Sekarang mahal sudah Rp 100 ribu per kilogramnya,” ucap dia.

Sementara itu, salah seorang pedagang di pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran, Hernawati, mengatakan saat ini harga cabai rawit ini hampir tiap hari mengalami fluktuasi atau naik turun.

“Kemarin Rp120 ribu, sekarang turun lagi menjadi Rp100 ribu per kilonya,” ucapnya.

Ia juga mengaku bingung menjualnya karena banyak ibu rumah tangga ataupun para pembeli yang menggerung (ngomel-ngomel). “Banyak yang kecewa gitu karena mahal,” katanya.