DAILYPANGANDARAN – Dalam rangka memperingati Hari Hemofilia Sedunia, dr. Dyah Rahmawati, Sp.A, dokter spesialis anak di RSUD Pandega Pangandaran, mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada terhadap gejala hemofilia pada anak. Penyakit kelainan darah yang diturunkan ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami perdarahan yang sulit berhenti, bahkan hanya dari luka kecil atau cedera ringan.
“Hemofilia adalah gangguan pembekuan darah yang umumnya diturunkan secara genetik dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki,” jelas dr. Dyah dalam acara Ngobatan RSUD Pandega pada Kamis, 17 April 2025.
“Pada penderita hemofilia, tubuh kekurangan salah satu faktor pembekuan darah, sehingga proses menghentikan perdarahan menjadi lebih lambat.”
Menurut dr. Dyah, gejala hemofilia biasanya mulai terlihat sejak usia dini, terutama saat anak mulai aktif bergerak. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain adalah mudah memar, perdarahan yang sulit berhenti saat terluka, dan perdarahan spontan di sendi atau otot yang disertai rasa nyeri dan bengkak.
“Salah satu yang sering terjadi adalah perdarahan di sendi seperti lutut atau siku. Anak bisa mengeluh nyeri tanpa sebab yang jelas, dan jika ini sering terjadi, sebaiknya segera diperiksakan,” tambahnya.
Ia juga menekankan pentingnya diagnosis dini agar penanganan bisa dilakukan sedini mungkin. Diagnosis hemofilia dapat dilakukan melalui pemeriksaan riwayat keluarga dan uji laboratorium darah untuk mengetahui kadar faktor pembekuan.
“Penanganan hemofilia saat ini sudah jauh lebih baik. Pemberian terapi faktor pembekuan secara rutin bisa membantu anak hidup lebih normal dan aktif seperti anak-anak lainnya,” ungkap dr. Dyah.
dr. Dyah juga mengimbau agar orang tua tidak panik apabila anaknya didiagnosis hemofilia. Dengan pengawasan yang tepat dan pemahaman akan kondisi ini, anak tetap bisa menjalani kehidupan yang sehat dan produktif.
Sebagai penutup, dr. Dyah mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap penyakit hemofilia, tidak hanya dengan mengenali gejalanya, tapi juga memberikan dukungan moral kepada para penyandang hemofilia agar mereka tidak merasa sendiri.
“Kesadaran masyarakat sangat penting. Dengan saling mendukung, kita bisa membantu para penyandang hemofilia menjalani hidup yang lebih baik,” pungkasnya.