DAILYPANGANDARAN – Meski lokasinya tidak ada di tengah hutan ataupun pegunungan. Makam Mbah terbuka yang berada di samping Jalan Raya Pangandaran-Cijulang No.69, Desa Wonoharjo, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, sampai kini masih terawat dan bersih.
Daily Pangandaran mencoba mengunjungi makam Mbah Bungkus seorang penyebar agama Islam di Pangandaran yang makamnya masih banyak dikunjungi banyak orang hingga sekarang. Bahkan, suasana berbeda terlihat saat ini.
Makam yang ditutupi bangunan kecil dan teras untuk para peziarah kini dilengkapi mushola dan air wudhu dari sumur diatas tanah tersebut. Meski, ruang tanahnya semakin menyempit, pembangunan di tanah tersebut memberikan ruang untuk tetap menjaga jejak sang penyebar agama islam.
Mbah Bungkus memiliki nama Wonodiwiryo yang merupakan keturunan Mbah Wonodiksomo III, yaitu cucu dari Tumenggung Wonoyudo, seorang abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Mbah Bungkus atau Wonodiwiryo berasal dari Desa Tlogodepok, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Kedatangannya ke wilayah Pangandaran yang waktu itu masih Sukapura tercatat pada abad ke 15. Wilayah Pangandaran yang masih hutan belukar konon dibukakan oleh Mbah Bungkus.
Kuncen Makam Mbah Bungkus, Hasan mengatakan, Mbah Bungkus bisa dibilang orang yang melanjutkan penyebaran agama islam di wilayah Jawa khususnya Pangandaran setelah Syekh Abdul Qodir Jaelani pada abad ke 15.
“Jadi Mbah Bungkus yang membuka belukar hutan, atau diartikan membuka jalan dan kawasan di wilayah Pangandaran,” kata Hasan, Rabu (13/3/2024).
Menurutnya, Mbah Bungkus Babat alas pertama keturunan Raden Kusen, Wonodiwiryo, masih ada garis keturunan Majapahit, sampai Brawijaya V.
“Dulunya secara sejarah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah ada 3 kerajaan, Dayeuh Luhur Cilacap, Pasir Luhur Banyumas dan Pataruman.
Masih juga berkaitan dengan Nyi Runday Kasih Istri Pertama Prabu Siliwangi, tinggal awalnya di Banyumas. Mbah Bungkus itu cicit dari sosok kerajaan-kerajaan yang ada di Jabar dan Jateng,” jelasnya.